Jumat, 05 Sep 2025
Suara Kobeng | Aspirasi, Berani dan Aksi
Forum AMM Solo: Laboratorium Demokrasi Pemuda Muhammadiyah yang (Tak Sekadar) Serius
Penulis: Hamdan
Opini - 21 Jul 2025 - Views: 46
image empty

Jumat, 16 Mei 2025, Balai Muhammadiyah Kota Solo menjadi panggung collaborative thinking antara kader muda Muhammadiyah dan organisasi kepemudaan. Forum ini bukan sekadar ajang "pencitraan politik" ala coming soon Ketua KNPI, melainkan ruang refleksi kebangsaan yang diracik dengan perspektif Islam progresif. Bayangkan: IPM, Nasyiatul Aisyiyah, dan Pemuda Muhammadiyah duduk bersama bukan untuk bagi-bagi kaos gratis, tapi untuk menegaskan hak otonom mereka dalam berdemokrasi. Who says civil society can’t be this cool?

 

Ortom dan Hak Otonom: Bukan Sekadar "Anak Bawang" dalam Politik

Menyematkan label "politik transaksional" pada partisipasi organisasi otonom Muhammadiyah ibarat menyamakan diskusi filsafat dengan gossip warung tegal simplifikasi yang absurd. IPM dan kawan-kawan punya hak konstitusional untuk bersuara, bahkan jika suara itu tak selalu seirama dengan playlist struktural Muhammadiyah. Logikanya: jika demokrasi adalah pesta, ortom adalah tamu undangan yang membawa dish ideologis sendiri. No RSVP needed!

 

"Pengaderan" vs "Kontribusi Nyata": Saat Warung Kopi Jadi Ruang Akademik

Figur yang diusung dalam forum ini mungkin tak melalui ritual pengaderan struktural ala checklist administrasi, tapi kontribusinya layak diapresiasi. Sebab, menjadi kader Muhammadiyah bukan sekadar soal mengoleksi stempel rapat, melainkan soal internalisasi nilai entah itu di balik meja sekretariat atau sambil ngopi di warung sembari bahas isu kebangsaan. Kalau Einstein bisa menemukan teori relativitas di kantor paten, mengapa kader tak boleh berkontribusi dari luar struktur?

 

"Muhammadiyah Dadakan": Jangan-jangan Istilah Ini Justru Dadakan Munculnya Egosentrisme?

Istilah "Muda" (Muhammadiyah Dadakan) yang kerap dipakai untuk mendelegitimasi figur tertentu sebenarnya lebih mirip joke yang miss the point. Banyak kader yang "tersesat" di jalan dakwah lalu menemukan panggilan jiwa di Muhammadiyah dan kontribusinya justru lebih real ketimbang yang hanya sibuk mengurus sertifikat kepengurusan. Kalau Nabi Musa bisa "dadakan" memimpin Bani Israil setelah penggembalaan domba, apa salahnya kader "dadakan" memimpin dengan integritas?

 

Penutup: Dari Solo untuk Indonesia

Forum ini adalah bukti bahwa pemuda Muhammadiyah tak cuma jago mengkritik trend hijab di TikTok, tapi juga mampu merancang narasi kebangsaan yang relevan. So, mari beri apresiasi bukan dengan standing applause tapi dengan membuka ruang lebih luas untuk gagasan segar, meski datang dari kader yang jalan masuknya tak biasa. After all, demokrasi itu seperti nasi liwet: harus ada space untuk semua rasa! 🍚✨

Tags
Tidak tersedia.